Modul Mitigasi Bencana dan Kedaruratan Medis di Sarana dan Prasarana Perkeretapian

sendy ardiansyah
23 min readFeb 2, 2024

--

Tauhid Nur Azhar, Yudha WP (JM Security RMU BO6 KAI)

1. Potensi Risiko Kedaruratan:

a. Resiko Kebakaran:

- Identifikasi titik api potensial

- Pembagian peralatan pemadam kebakaran

- Prosedur evakuasi darurat

b. Resiko Gempa Bumi dan Tsunami:

- Rencana evakuasi gempa

- Titik kumpul setelah gempa

- Edukasi tsunami dan langkah-langkah evakuasi

c. Resiko Sengatan Listrik:

- Identifikasi area berisiko tinggi

- Prosedur pertolongan pertama untuk korban

- Pemakaian peralatan listrik yang aman

d. Resiko Tenggelam:

- Tandai area berbahaya di sekitar air

- Pertolongan pertama untuk korban tenggelam

- Pelatihan penyelamatan

e. Resiko Keracunan:

- Identifikasi bahan berbahaya

- Prosedur penanganan korban keracunan

- Penanganan limbah berbahaya

f. Resiko Henti Jantung dan Nafas:

- Pelatihan CPR dan defibrilasi

- Identifikasi tanda-tanda henti jantung

- Tim medis dan pemanggilan darurat

g. Resiko Histeria dan Gangguan Psikologis:

- Sosialisasi dukungan psikologis

- Identifikasi tanda-tanda histeria

- Penanganan pertama bagi korban trauma

2. Kelengkapan Antisipasi Kondisi Kedaruratan:

a. Pertolongan Medis Pertama:

- Penggunaan anti septik, kassa steril, salep levertran, larutan yodium, dan tablet Norit/karbon aktif

- Administrasi obat anti radang, anti alergi, obat jantung darurat, dan anti diare

- Pemberian serbuk elektrolit sebagai pengganti cairan tubuh

b. Alat Kesehatan:

- Sphignomanometer, glukometer, thermometer, senter

- Penggunaan alat diagnostik dalam penanganan awal

c. Perlengkapan Keselamatan:

- Rompi dan helm keselamatan

- Pemakaian dan penyimpanan peralatan keselamatan

d. Perlengkapan Medis:

- Tabung oksigen portable

- Penggunaan tandu dalam evakuasi

e. Informasi Evakuasi:

- Peta lokasi dan jalur evakuasi

- Penyuluhan mengenai lokasi titik kumpul

3. Prosedur Mitigasi Bencana dan Penanganan Kedaruratan:

a. Observasi Lingkungan:

- Pemantauan perubahan lingkungan

- Identifikasi potensi bahaya

b. Observasi Korban:

- Triage dan penanganan prioritas

- Pendekatan ke korban dengan empati

c. Observasi Sumber Daya:

- Evaluasi ketersediaan sumber daya medis

- Pemberitahuan dan koordinasi dengan lembaga lain

d. Check List Mitigasi Resiko:

- Penilaian risiko secara berkala

- Revisi kebijakan dan prosedur

e. Prosedur 3A:

- Amankan Diri, Amankan Korban, Amankan Lingkungan

- Pelatihan dan simulasi reguler

f. Kontak Darurat:

- Pemahaman dan penggunaan layanan darurat (119, panic button)

4. Tata Kelola dan Penanganan Kedaruratan:

a. Prosedur dan Tata Kelola Keracunan:

- Pengenalan zat beracun

- Pemilihan antidotum yang tepat

b. Prosedur dan Tata Kelola Sengatan Listrik:

- Pemeriksaan medis dan penanganan luka bakar

- Evaluasi risiko jangka panjang

c. Prosedur dan Tata Kelola Korban Luka Bakar:

- Klasifikasi luka bakar

- Penggunaan perban steril dan salep

d. Prosedur dan Tata Kelola Korban Tenggelam:

- Pemeriksaan pernapasan dan resusitasi

- Perawatan pasca-tenggelam

e. Prosedur dan Tata Kelola Korban Patah Tulang:

- Stabilisasi sementara dengan perban

- Transportasi yang aman ke fasilitas medis

f. Prosedur dan Tata Kelola Korban Luka Terbuka dan Perdarahan:

- Penyembuhan luka terbuka

- Penanganan perdarahan dengan tekanan langsung

g. Prosedur dan Tata Kelola Korban Henti Jantung dan Nafas (CPR):

- Langkah-langkah CPR pada dewasa dan anak-anak

- Penggunaan defibrilator otomatis (AED)

h. Cara Penggunaan AED:

- Pelatihan penggunaan dan pemeliharaan AED

i. Prosedur dan Cara Stabilisasi dan Mobilisasi Korban:

- Stabilisasi pasca-pertolongan medis

- Pemindahan yang aman dan efisien

Teknik Pertolongan Resusitasi Jantung Paru/Prosedur CPR (Cardiopulmonary Resuscitation):

1. Panggil Bantuan Darurat:

- Segera panggil nomor darurat lokal (contoh: 119).

- Jelaskan situasi dan lokasi dengan jelas.

2. Periksa Respons Korban:

- Goyangkan lembut atau berbicara dengan keras.

- Periksa apakah ada tanda-tanda respons seperti gerakan atau suara.

3. Buka Saluran Napas:

- Letakkan korban telentang di permukaan yang keras.

- Angkat dagu ke atas dengan dua jari pada rahang bagian bawah.

4. Periksa Pernapasan:

- Amati pernapasan selama 10 detik.

- Jika tidak ada pernapasan normal, lanjutkan ke langkah berikutnya.

5. Lakukan 30 Kompresi Dada:

- Letakkan telapak tangan di tengah dada (biasanya pada bagian bawah tulang dada).

- Kompresi dada dengan kedalaman 5–6 cm pada kecepatan 100–120 kali per menit.

- Berikan 30 kompresi dada dengan perbandingan 30:2 (kompresi:ventilasi) untuk CPR satu orang dewasa.

6. Beri 2 Ventilasi:

- Tutup hidung korban dengan jari yang tidak melakukan kompresi.

- Mulut penolong rapat pada mulut korban dan berikan dua ventilasi pernapasan.

7. Lanjutkan CPR:

- Teruskan siklus 30 kompresi dada dan 2 ventilasi.

- Jika bantuan medis datang, teruskan CPR sampai petugas medis mengambil alih atau korban menunjukkan tanda-tanda respons.

8. Gunakan AED Jika Tersedia:

- Jika ada AED (Defibrilator Otomatis) di sekitar, ikuti petunjuk penggunaan AED.

- Tempatkan elektroda sesuai dengan panduan dan ikuti instruksi suara AED.

9. Teruskan Hingga Bantuan Tiba:

- Jangan hentikan CPR kecuali korban menunjukkan tanda-tanda respons atau petugas medis mengambil alih.

Catatan Penting:

- Lakukan CPR dengan tekad dan ritme yang stabil.

- Pertahankan kecepatan dan kedalaman kompresi yang tepat.

- Periksa secara berkala respons dan pernapasan korban.

- Pelajari teknik RJP/CPR sesuai dengan pedoman resmi, seperti American Heart Association atau organisasi kesehatan setempat.

Prosedur Penggunaan AED (Defibrilator Otomatis):

1. Panggil Bantuan Darurat:

- Segera panggil nomor darurat lokal (contoh: 119).

- Jelaskan situasi dan lokasi dengan jelas.

2. Pasang Elektroda:

- Buka paket elektroda AED dan pasang sesuai dengan petunjuk.

- Tempatkan elektroda pada dada korban seperti yang ditunjukkan.

3. Nyalakan AED:

- Hidupkan AED dan ikuti instruksi suara atau layar yang tersedia.

- Ikuti panduan untuk menyambungkan elektroda dan mempersiapkan AED untuk analisis jantung.

4. Berikan Komando Stand Back:

- Pastikan semua orang berada di luar jangkauan saat AED menganalisis atau memberikan kejutan.

5. Analisis Jantung:

- AED akan menganalisis ritme jantung korban.

- Tidak ada sentuhan atau gerakan selama proses analisis.

6. Berikan Kejutan Jantung (Jika Diperlukan):

- Jika AED menyarankan memberikan kejutan, pastikan semua orang menjauh.

- Tekan tombol atau ikuti instruksi untuk memberikan kejutan.

7. Lanjutkan CPR:

- Setelah memberikan kejutan, ikuti instruksi AED untuk melanjutkan CPR.

- Jika AED memberikan instruksi untuk ventilasi, berikan dua ventilasi pernapasan setelah setiap 30 kompresi dada.

8. Teruskan Hingga Bantuan Tiba:

- Jangan hentikan proses kecuali korban menunjukkan tanda-tanda respons atau petugas medis mengambil alih.

Catatan Penting:

- Ikuti instruksi AED dengan cermat dan cepat.

- Pastikan semua orang menjauh saat AED memberikan kejutan.

- Jangan menyentuh korban selama AED menganalisis atau memberikan kejutan.

- Pelajari penggunaan AED secara teratur melalui pelatihan resmi atau sertifikasi.

Prosedur Stabilisasi dan Evakuasi Korban:

1. Evaluasi Keadaan Korban:

- Periksa tanda-tanda vital seperti pernapasan, denyut nadi, dan respons kesadaran.

- Prioritaskan penanganan sesuai dengan keadaan kedaruratan.

2. Lakukan Stabilisasi Sementara:

- Atasi kondisi yang mengancam jiwa terlebih dahulu (misalnya, henti jantung, perdarahan berat).

- Stabilkan leher dan tulang belakang jika ada kecurigaan cedera tulang belakang.

3. Berikan Pertolongan Medis Pertama:

- Gunakan peralatan pertolongan medis pertama yang tersedia (kassa steril, obat-obatan).

- Berikan tindakan medis sesuai dengan kondisi korban (misalnya, menghentikan perdarahan, memberikan obat darurat).

4. Siapkan Korban untuk Evakuasi:

- Pastikan korban sudah dalam kondisi stabil untuk dipindahkan.

- Gunakan tandu atau metode evakuasi yang sesuai dengan kondisi korban.

5. Pastikan Keselamatan Diri dan Korban:

- Pastikan area evakuasi aman dari bahaya tambahan.

- Gunakan perlindungan diri jika diperlukan (misalnya, sarung tangan, masker).

6. Atur Tim Evakuasi:

- Bagi tugas antara anggota tim evakuasi untuk memudahkan proses pengangkutan.

- Komunikasikan dengan jelas dan buat perencanaan rute evakuasi.

7. Gunakan Teknik yang Tepat:

- Angkat korban dengan teknik yang benar untuk mencegah cedera tambahan.

- Jangan menarik atau memindahkan korban dengan kasar.

8. Informasikan Pihak Terkait:

- Beri tahu pihak terkait (petugas medis, petugas keamanan) bahwa Anda akan melakukan evakuasi.

- Berkoordinasi dengan pusat bantuan darurat jika tersedia.

9. Catat Informasi Penting:

- Catat informasi medis korban dan tindakan yang telah diambil selama stabilisasi.

- Serahkan informasi tersebut kepada petugas medis saat tiba di fasilitas kesehatan.

10. Pantau Kondisi Korban Selama Evakuasi:

- Amati tanda-tanda perburukan selama proses evakuasi.

- Beri pertolongan medis tambahan jika diperlukan.

Catatan Penting:

- Evakuasi harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah cedera tambahan pada korban.

- Selalu prioritaskan keselamatan diri dan tim evakuasi.

- Jangan ragu untuk meminta bantuan tambahan jika diperlukan.

Prosedur Penanganan Korban Tenggelam:

1. Evaluasi Keadaan Keselamatan:

- Pastikan area aman untuk penolong dan hindari risiko tenggelam tambahan.

2. Panggil Bantuan Darurat:

- Segera panggil nomor darurat lokal (contoh: 119) untuk mendapatkan bantuan medis dan penyelamatan.

3. Selamatkan Korban dari Air:

- Ambil korban dari air dengan hati-hati menggunakan teknik selamatan yang tepat.

- Jangan mengabaikan keamanan diri sendiri selama proses penyelamatan.

4. Periksa Respons Kesadaran:

- Periksa respons kesadaran korban.

- Jika tidak responsif, mulai CPR sesuai panduan.

5. Berikan Pertolongan Medis Pertama:

- Jika korban tidak bernapas, mulai memberikan ventilasi pernapasan dan CPR.

- Lakukan ini sampai tim medis tiba atau korban menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

6. Pantau Tanda-tanda Vital:

- Amati tanda-tanda vital seperti pernapasan, denyut nadi, dan respons kesadaran.

- Lanjutkan pertolongan medis pertama berdasarkan kondisi korban.

7. Jaga Suhu Tubuh:

- Jaga suhu tubuh korban dengan melindungi dari angin dan cuaca dingin.

- Pakaian basah segera diganti dengan yang kering.

8. Pantau Terjadinya Hipotermia:

- Korban tenggelam berisiko mengalami hipotermia. Pantau tanda-tanda hipotermia dan berikan tindakan sesuai.

9. Berikan Dukungan Psikologis:

- Setelah stabil, berikan dukungan emosional dan psikologis kepada korban.

- Identifikasi tanda-tanda stres atau trauma dan berikan bantuan jika diperlukan.

10. Bawa Korban ke Fasilitas Kesehatan:

- Setelah stabil, bawa korban ke fasilitas kesehatan untuk evaluasi lebih lanjut.

- Informasikan petugas medis mengenai kejadian dan tindakan pertolongan yang telah diberikan.

Catatan Penting:

- Setiap korban tenggelam harus dianggap memiliki cedera tulang belakang. Lakukan stabilisasi tulang belakang selama penyelamatan.

- Penting untuk memberikan pertolongan medis secepat mungkin, terutama dengan memulai CPR jika diperlukan.

- Penggunaan peralatan penyelamatan seperti pelampung dan tali penyelamat dapat mempermudah proses penyelamatan.

Prosedur Penanganan Korban Sengatan Listrik:

1. Evaluasi Keadaan Keselamatan:

- Pastikan area aman dari bahaya listrik sebelum mendekati korban.

- Matikan sumber listrik atau lepaskan korban dari sumber listrik dengan hati-hati.

2. Panggil Bantuan Darurat:

- Segera panggil nomor darurat lokal (contoh: 119) untuk mendapatkan bantuan medis.

3. Evaluasi Respons Kesadaran:

- Periksa respons kesadaran korban.

- Jika korban tidak responsif, pastikan bahwa area aman dan mulai CPR sesuai panduan.

4. Hentikan Kontak dengan Sumber Listrik:

- Matikan sumber listrik jika aman dilakukan tanpa risiko tambahan.

- Jangan menggunakan benda logam untuk memisahkan korban dari sumber listrik jika terdapat risiko.

5. Pantau Tanda-tanda Vital:

- Amati tanda-tanda vital seperti pernapasan, denyut nadi, dan respons kesadaran.

- Lakukan pertolongan medis pertama sesuai kondisi korban.

6. Berikan Pertolongan Medis Pertama:

- Jika korban tidak bernapas, mulai memberikan ventilasi pernapasan dan CPR.

- Hindari kontak langsung dengan korban selama proses pertolongan medis.

7. Evaluasi Cidera Listrik:

- Periksa tubuh korban untuk tanda-tanda sengatan listrik atau luka bakar.

- Identifikasi area-area yang memerlukan perhatian medis lebih lanjut.

8. Jangan Berikan Minum atau Makan:

- Hindari memberikan minum atau makan kepada korban sengatan listrik.

- Saring kebutuhan nutrisi dan cairan melalui evaluasi medis.

9. Stabilisasi dan Evakuasi:

- Stabilkan korban sesuai dengan kebutuhan.

- Evakuasi korban ke fasilitas kesehatan untuk penanganan lebih lanjut.

10. Berikan Dukungan Psikologis:

- Setelah stabil, berikan dukungan emosional dan psikologis kepada korban.

- Identifikasi tanda-tanda stres atau trauma dan berikan bantuan jika diperlukan.

Catatan Penting:

- Hindari menyentuh korban atau area yang masih terhubung dengan sumber listrik tanpa melindungi diri terlebih dahulu.

- Sengatan listrik dapat menyebabkan cedera internal, jadi evaluasi medis lebih lanjut sangat penting.

- Jangan menggunakan air pada korban yang masih terhubung dengan sumber listrik.

Prosedur Penanganan Korban Keracunan:

1. Evaluasi Keadaan Keselamatan:

- Pastikan area aman dari bahan beracun atau bahaya tambahan.

- Hindari kontak langsung dengan zat beracun dan gunakan sarung tangan jika mungkin.

2. Panggil Bantuan Darurat:

- Segera panggil nomor darurat lokal (contoh: 119) dan berikan informasi lengkap mengenai jenis keracunan yang terjadi.

3. Identifikasi Jenis Keracunan:

- Tentukan jenis keracunan dan bahan beracun yang terlibat jika mungkin.

- Ini akan membantu tim medis memberikan penanganan yang lebih tepat.

4. Berikan Pertolongan Medis Pertama:

- Jika korban tidak sadar atau tidak bernapas, mulailah CPR sesuai panduan.

- Jangan memicu muntah kecuali jika diinstruksikan oleh petugas medis, karena beberapa zat dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut.

5. Hentikan Kontak dengan Bahan Beracun:

- Jika zat beracun bersentuhan dengan kulit atau mata, bilas dengan air mengalir selama 15–20 menit.

- Pakaian yang terkontaminasi harus dilepas dengan hati-hati dan segera dibuang.

6. Simpan Sampel Bahan Beracun (Jika Mungkin):

- Simpan sisa bahan beracun atau kemasan untuk membantu petugas medis mengidentifikasi zat tersebut.

7. Berikan Informasi Penting pada Tim Medis:

- Berikan informasi tentang tipe dan jumlah zat yang mungkin dikonsumsi atau terpapar.

- Jelaskan gejala yang muncul dan tindakan yang sudah diambil.

8. Pantau dan Beri Dukungan Psikologis:

- Pantau tanda-tanda vital dan gejala keracunan.

- Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada korban dan lingkungan sekitarnya.

9. Tidak Memberikan Obat tanpa Petunjuk Medis:

- Hindari memberikan obat atau minum susu tanpa petunjuk medis, kecuali diinstruksikan oleh petugas medis.

10. Evakuasi Korban ke Fasilitas Kesehatan:

- Bawa korban ke fasilitas kesehatan secepat mungkin untuk evaluasi dan perawatan lebih lanjut.

Catatan Penting:

- Jangan menunda panggilan darurat atau mencoba mengatasi keracunan secara mandiri tanpa bantuan medis.

- Hindari kontak langsung dengan zat beracun dan gunakan perlengkapan pelindung sesuai kebutuhan.

- Informasi yang akurat dan cepat dapat membantu tim medis memberikan penanganan yang lebih efektif.

Prosedur Penanganan Korban Gigitan Ular atau Hewan Berbisa:

1. Evaluasi Keadaan Keselamatan:

- Pastikan area aman dari ancaman lain dan hindari gigitan ulang.

- Pastikan keselamatan diri sebelum memberikan pertolongan kepada korban.

2. Panggil Bantuan Darurat:

- Segera panggil nomor darurat lokal (contoh: 119) dan berikan informasi tentang jenis ular atau hewan yang menyebabkan gigitan.

3. Tenangkan Korban:

- Tenangkan korban dan hindari panik.

- Mintalah korban untuk tetap diam agar mengurangi penyebaran bisa ke seluruh tubuh.

4. Identifikasi Jenis Ular atau Hewan:

- Identifikasi jenis ular atau hewan yang menyebabkan gigitan, jika mungkin.

- Ini akan membantu petugas medis memberikan penanganan yang lebih tepat.

5. Lepaskan Barang yang Membatasi Peredaran Darah (Jika Tidak Berisiko):

- Jika gigitan terjadi di anggota tubuh seperti tangan atau kaki, lepaskan perhiasan atau pakaian yang dapat membatasi peredaran darah jika tidak berisiko tambahan gigitan.

6. Jangan Memotong atau Menghisap Racun:

- Hindari upaya untuk memotong luka atau menghisap racun menggunakan mulut.

- Tindakan ini dapat memperburuk kondisi dan menyebabkan infeksi.

7. Tempatkan Anggota Tubuh di Posisi yang Rendah:

- Tempatkan anggota tubuh yang terkena gigitan lebih rendah dari tingkat jantung jika memungkinkan.

- Ini dapat membantu memperlambat penyebaran bisa ke tubuh.

8. Berikan Pertolongan Medis Pertama:

- Berikan perban longgar di atas area gigitan untuk mengurangi aliran darah.

- Hindari memberikan obat tradisional tanpa petunjuk medis.

9. Pantau Tanda-tanda Vital:

- Pantau tanda-tanda vital seperti pernapasan, denyut nadi, dan respons kesadaran.

- Berikan pertolongan medis tambahan sesuai kondisi korban.

10. Evakuasi Korban ke Fasilitas Kesehatan:

- Bawa korban ke fasilitas kesehatan secepat mungkin untuk pemeriksaan lebih lanjut dan penanganan lanjutan.

Catatan Penting:

- Ingatkan korban untuk tetap tenang dan hindari gerakan yang dapat meningkatkan sirkulasi darah.

- Identifikasi atau catat warna dan bentuk ular/hewan jika aman untuk dilakukan.

- Setiap gigitan ular atau hewan berbisa harus dianggap sebagai keadaan darurat dan segera dapatkan bantuan medis.

Prosedur Penanganan Korban Histeria:

1. Evaluasi Keadaan Keselamatan:

- Pastikan area sekitar aman dan tidak ada ancaman fisik.

- Hindari membuat korban merasa terancam atau terisolasi.

2. Panggil Bantuan Darurat:

- Jika perilaku histeris menyebabkan risiko cedera atau jika korban membutuhkan pertolongan medis, panggil nomor darurat lokal (contoh: 119).

3. Tenangkan Korban:

- Bicara dengan lembut dan penuh empati untuk mencoba menenangkan korban.

- Hindari menganggap remeh atau memarahi korban.

4. Berikan Ruang dan Privasi:

- Bantu korban untuk pindah ke tempat yang tenang dan memberikan ruang pribadi.

- Hindari kehadiran banyak orang yang dapat meningkatkan ketegangan.

5. Minta Dukungan Orang Terdekat:

- Minta bantuan dari orang-orang terdekat atau teman dekat untuk memberikan dukungan emosional.

- Kadang-kadang kehadiran seseorang yang dikenal dapat membantu meredakan histeria.

6. Hindari Konfrontasi:

- Hindari konfrontasi langsung atau menegur korban secara keras.

- Bersikap sabar dan simpatik, memahami bahwa perilaku histeris biasanya tidak dapat dikendalikan secara sadar.

7. Gunakan Teknik Penenang:

- Ajak korban untuk melakukan teknik penenang pernapasan lambat dan dalam.

- Berikan instruksi yang sederhana untuk membantu mereka fokus dan menenangkan diri.

8. Jangan Memaksakan Fakta:

- Hindari memberikan informasi atau fakta yang dapat meningkatkan kecemasan.

- Fokus pada memberikan dukungan dan ketenangan.

9. Bantu Identifikasi Faktor Pemicu:

- Jika mungkin, bantu korban mengidentifikasi faktor pemicu atau kejadian yang dapat memicu perilaku histeris.

- Ini dapat membantu dalam manajemen emosional yang lebih baik.

10. Evaluasi Kesejahteraan Mental:

- Setelah korban tenang, pertimbangkan untuk menghubungkan mereka dengan profesional kesehatan mental untuk evaluasi lebih lanjut dan dukungan psikologis.

Catatan Penting:

- Histeria seringkali memerlukan pendekatan yang lembut dan pengertian.

- Jangan mencoba memaksa korban untuk mengontrol perilakunya, berikan dukungan dan bantuan.

- Jika korban mengalami serangan panik atau perilaku yang terus-menerus merugikan diri sendiri atau orang lain, bantuan medis lebih lanjut mungkin diperlukan.

Prosedur Penanganan pada Korban yang Akan Bersalin atau Melahirkan:

1. Panggil Bantuan Darurat:

- Panggil nomor darurat atau hubungi tenaga medis untuk mendapatkan bantuan profesional secepat mungkin.

2. Tenangkan Korban:

- Bicaralah dengan lembut dan memberikan dukungan emosional.

- Ajak korban untuk bernapas secara perlahan dan tenang.

3. Pastikan Ruang dan Privasi:

- Pastikan korban berada di tempat yang tenang dan privasi.

- Sediakan tempat yang nyaman dan bersih untuk proses persalinan.

4. Identifikasi Tanda-tanda Persalinan:

- Amati tanda-tanda persalinan seperti kontraksi, pendarahan, atau cairan ketuban.

- Bantu korban dalam mengidentifikasi tanda-tanda tersebut.

5. Bantu Korban Menentukan Posisi yang Nyaman:

- Biarkan korban memilih posisi yang nyaman untuk persalinan, seperti berbaring, duduk, atau berjongkok.

- Berikan bantal atau dukungan sesuai kebutuhan.

6. Jangan Biarkan Korban Menekan atau Menahan:

- Ajarkan teknik mengejan yang benar dan hindari menahan napas secara berlebihan.

- Biarkan korban mengejan sesuai ritme alaminya.

7. Berikan Dukungan Fisik dan Moral:

- Berikan dukungan fisik dengan memegang tangan atau memberikan dorongan positif.

- Hindari memberikan komentar atau kritik yang tidak mendukung.

8. Persiapkan untuk Penerimaan Bayi:

- Sediakan tempat bersih dan hangat untuk menerima bayi setelah lahir.

- Bantu korban mempersiapkan untuk memberikan kehangatan dan perawatan awal pada bayi.

9. Hindari Menarik Tali Pusat:

- Hindari menarik atau memegang tali pusat kecuali jika diperlukan dan sudah terlihat.

- Biarkan proses kelahiran tali pusat terjadi alami.

10. Pantau Kesehatan dan Keadaan Bayi:

- Pantau kesehatan bayi setelah lahir, termasuk pernapasan, denyut jantung, dan warna kulit.

- Bersihkan mulut dan hidung bayi jika perlu.

11. Evakuasi Korban ke Fasilitas Kesehatan:

- Setelah bayi lahir, evakuasi korban dan bayi ke fasilitas kesehatan secepat mungkin untuk penanganan lanjutan dan evaluasi kesehatan.

Catatan Penting:

- Penanganan pada persalinan di rumah harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan sebaiknya dibantu oleh tenaga medis terlatih.

- Lakukan kontak dengan tenaga medis untuk mendapatkan panduan selama proses persalinan.

- Sediakan perlengkapan bersih dan steril untuk mencegah infeksi.

Prosedur Penanganan Korban dengan Serangan Epilepsi:

1. Jaga Keamanan Korban:

- Pastikan korban berada di tempat yang aman, bebas dari benda-benda tajam atau bahaya fisik lainnya.

- Jika mungkin, letakkan korban di lantai atau tempat datar untuk menghindari jatuh.

2. Bantu Korban untuk Duduk atau Berbaring:

- Setelah korban jatuh, bantu mereka untuk duduk atau berbaring dengan aman.

- Tempatkan kepala korban dengan lembut untuk mencegah cedera.

3. Jangan Masukkan Benda ke dalam Mulut:

- Jangan mencoba memasukkan benda ke dalam mulut korban.

- Biarkan mulut korban terbuka untuk mencegah risiko cedera pada gigi atau mulut.

4. Lepaskan Barang yang Dapat Membahayakan:

- Lepaskan benda-benda yang dapat membahayakan korban di sekitar, seperti kacamata atau benda keras lainnya.

5. Lindungi Kepala Korban (Jika Mungkin):

- Jika mungkin, letakkan bantal, jaket, atau barang lembut lainnya di sekitar kepala korban untuk melindunginya dari cedera.

6. Catat Durasi Serangan:

- Catat durasi serangan untuk memberikan informasi penting kepada petugas medis.

7. Pantau Nafas dan Pernapasan:

- Setelah serangan, pastikan korban dapat bernapas dengan baik.

- Jika korban tidak bernapas setelah serangan, lakukan CPR.

8. Tenangkan Korban Setelah Serangan:

- Setelah serangan berakhir, berikan korban ruang dan waktu untuk pulih.

- Bantu korban merasa tenang dan aman.

9. Hubungi Bantuan Medis (Jika Diperlukan):

- Jika serangan berlangsung lebih dari 5 menit atau korban mengalami serangan berulang tanpa sadar kembali, segera panggil nomor darurat lokal (contoh: 119).

10. Catat Detail Serangan:

- Jika memungkinkan, catat detail serangan seperti gerakan mata, tangan, dan tanda-tanda khusus lainnya.

- Informasi ini dapat membantu petugas medis dalam mendiagnosa jenis epilepsi.

Catatan Penting:

- Jangan mencoba menahan gerakan korban atau memberikan obat tanpa petunjuk medis.

- Serangan epilepsi biasanya berakhir dengan sendirinya, tetapi pemantauan dan penanganan yang tepat setelahnya penting.

- Informasikan kepada petugas medis apakah ini adalah serangan epilepsi pertama kali atau apakah korban memiliki riwayat serangan sebelumnya.

Prosedur Penanganan Korban dengan Serangan Stroke:

Ingat: FAST

- F: Face (Wajah)

- Periksa apakah salah satu sisi wajah korban turun atau tidak. Mintalah korban untuk tersenyum.

- A: Arms (Lengan)

- Periksa apakah salah satu lengan korban sulit diangkat atau terasa lemah. Mintalah korban untuk mengangkat kedua lengannya.

- S: Speech (Bicara)

- Periksa apakah bicara korban terdengar aneh atau sulit dimengerti. Mintalah korban untuk mengucapkan kalimat sederhana.

- T: Time (Waktu)

- Jika ada gejala-gejala di atas, segera panggil nomor darurat atau bawa korban ke fasilitas kesehatan. Waktu sangat penting dalam penanganan stroke.

Langkah-langkah Lainnya:

1. Panggil Bantuan Darurat:

- Segera panggil nomor darurat lokal (contoh: 119) dan berikan informasi tentang kemungkinan stroke.

2. Jaga Keamanan Korban:

- Pastikan korban berada di tempat yang aman dan hindari risiko jatuh atau cedera tambahan.

3. Berikan Dukungan Emosional:

- Tenangkan korban dan berikan dukungan emosional. Stroke dapat menyebabkan kebingungan dan ketakutan.

4. Perhatikan Tanda-tanda Lain:

- Amati tanda-tanda lain seperti pusing, kehilangan keseimbangan, atau gangguan penglihatan.

5. Jangan Berikan Makan atau Minum:

- Hindari memberikan makan atau minum pada korban karena bisa memperburuk kondisi.

6. Catat Waktu Munculnya Gejala:

- Catat waktu munculnya gejala pertama kali. Informasi ini penting untuk penanganan medis lebih lanjut.

7. Jangan Tunda Penanganan:

- Segera bawa korban ke fasilitas kesehatan untuk penanganan lebih lanjut dan evaluasi medis.

Catatan Penting:

- Stroke adalah keadaan darurat medis yang memerlukan penanganan segera.

- Setiap menit sangat berharga, dan tindakan cepat dapat mengurangi risiko kerusakan permanen.

Prosedur Penanganan Korban Keracunan:

1. Evaluasi Keadaan Keselamatan:

- Pastikan area aman dari bahan beracun atau bahaya tambahan.

- Hindari kontak langsung dengan zat beracun dan gunakan sarung tangan jika mungkin.

2. Panggil Bantuan Darurat:

- Segera panggil nomor darurat lokal (contoh: 119) dan berikan informasi lengkap mengenai jenis keracunan yang terjadi.

3. Identifikasi Jenis Keracunan:

- Tentukan jenis keracunan dan bahan beracun yang terlibat jika mungkin.

- Ini akan membantu tim medis memberikan penanganan yang lebih tepat.

4. Berikan Pertolongan Medis Pertama:

- Jika korban tidak sadar atau tidak bernapas, mulailah CPR sesuai panduan.

- Jangan memicu muntah kecuali jika diinstruksikan oleh petugas medis, karena beberapa zat dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut.

5. Hentikan Kontak dengan Bahan Beracun:

- Jika zat beracun bersentuhan dengan kulit atau mata, bilas dengan air mengalir selama 15–20 menit.

- Pakaian yang terkontaminasi harus dilepas dengan hati-hati dan segera dibuang.

6. Simpan Sampel Bahan Beracun (Jika Mungkin):

- Simpan sisa bahan beracun atau kemasan untuk membantu petugas medis mengidentifikasi zat tersebut.

7. Berikan Informasi Penting pada Tim Medis:

- Berikan informasi tentang tipe dan jumlah zat yang mungkin dikonsumsi atau terpapar.

- Jelaskan gejala yang muncul dan tindakan yang sudah diambil.

8. Pantau dan Beri Dukungan Psikologis:

- Pantau tanda-tanda vital dan gejala keracunan.

- Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada korban dan lingkungan sekitarnya.

9. Tidak Memberikan Obat tanpa Petunjuk Medis:

- Hindari memberikan obat atau minum susu tanpa petunjuk medis, kecuali diinstruksikan oleh petugas medis.

10. Evakuasi Korban ke Fasilitas Kesehatan:

- Bawa korban ke fasilitas kesehatan secepat mungkin untuk evaluasi dan perawatan lebih lanjut.

Catatan Penting:

- Jangan menunda panggilan darurat atau mencoba mengatasi keracunan secara mandiri tanpa bantuan medis.

- Hindari kontak langsung dengan zat beracun dan gunakan perlengkapan pelindung sesuai kebutuhan.

- Informasi yang akurat dan cepat dapat membantu tim medis memberikan penanganan yang lebih efektif.

Prosedur Penanganan Korban Gigitan Ular atau Hewan Berbisa:

1. Evaluasi Keadaan Keselamatan:

- Pastikan area aman dari ancaman lain dan hindari gigitan ulang.

- Pastikan keselamatan diri sebelum memberikan pertolongan kepada korban.

2. Panggil Bantuan Darurat:

- Segera panggil nomor darurat lokal (contoh: 119) dan berikan informasi tentang jenis ular atau hewan yang menyebabkan gigitan.

3. Tenangkan Korban:

- Tenangkan korban dan hindari panik.

- Mintalah korban untuk tetap diam agar mengurangi penyebaran bisa ke seluruh tubuh.

4. Identifikasi Jenis Ular atau Hewan:

- Identifikasi jenis ular atau hewan yang menyebabkan gigitan, jika mungkin.

- Ini akan membantu petugas medis memberikan penanganan yang lebih tepat.

5. Lepaskan Barang yang Membatasi Peredaran Darah (Jika Tidak Berisiko):

- Jika gigitan terjadi di anggota tubuh seperti tangan atau kaki, lepaskan perhiasan atau pakaian yang dapat membatasi peredaran darah jika tidak berisiko tambahan gigitan.

6. Jangan Memotong atau Menghisap Racun:

- Hindari upaya untuk memotong luka atau menghisap racun menggunakan mulut.

- Tindakan ini dapat memperburuk kondisi dan menyebabkan infeksi.

7. Tempatkan Anggota Tubuh di Posisi yang Rendah:

- Tempatkan anggota tubuh yang terkena gigitan lebih rendah dari tingkat jantung jika memungkinkan.

- Ini dapat membantu memperlambat penyebaran bisa ke tubuh.

8. Berikan Pertolongan Medis Pertama:

- Berikan perban longgar di atas area gigitan untuk mengurangi aliran darah.

- Hindari memberikan obat tradisional tanpa petunjuk medis.

9. Pantau Tanda-tanda Vital:

- Pantau tanda-tanda vital seperti pernapasan, denyut nadi, dan respons kesadaran.

- Berikan pertolongan medis tambahan sesuai kondisi korban.

10. Evakuasi Korban ke Fasilitas Kesehatan:

- Bawa korban ke fasilitas kesehatan secepat mungkin untuk pemeriksaan lebih lanjut dan penanganan lanjutan.

Catatan Penting:

- Ingatkan korban untuk tetap tenang dan hindari gerakan yang dapat meningkatkan sirkulasi darah.

- Identifikasi atau catat warna dan bentuk ular/hewan jika aman untuk dilakukan.

- Setiap gigitan ular atau hewan berbisa harus dianggap sebagai keadaan darurat dan segera dapatkan bantuan medis.

Prosedur Penanganan Korban Histeria:

1. Evaluasi Keadaan Keselamatan:

- Pastikan area sekitar aman dan tidak ada ancaman fisik.

- Hindari membuat korban merasa terancam atau terisolasi.

2. Panggil Bantuan Darurat:

- Jika perilaku histeris menyebabkan risiko cedera atau jika korban membutuhkan pertolongan medis, panggil nomor darurat lokal (contoh: 119).

3. Tenangkan Korban:

- Bicara dengan lembut dan penuh empati untuk mencoba menenangkan korban.

- Hindari menganggap remeh atau memarahi korban.

4. Berikan Ruang dan Privasi:

- Bantu korban untuk pindah ke tempat yang tenang dan memberikan ruang pribadi.

- Hindari kehadiran banyak orang yang dapat meningkatkan ketegangan.

5. Minta Dukungan Orang Terdekat:

- Minta bantuan dari orang-orang terdekat atau teman dekat untuk memberikan dukungan emosional.

- Kadang-kadang kehadiran seseorang yang dikenal dapat membantu meredakan histeria.

6. Hindari Konfrontasi:

- Hindari konfrontasi langsung atau menegur korban secara keras.

- Bersikap sabar dan simpatik, memahami bahwa perilaku histeris biasanya tidak dapat dikendalikan secara sadar.

7. Gunakan Teknik Penenang:

- Ajak korban untuk melakukan teknik penenang pernapasan lambat dan dalam.

- Berikan instruksi yang sederhana untuk membantu mereka fokus dan menenangkan diri.

8. Jangan Memaksakan Fakta:

- Hindari memberikan informasi atau fakta yang dapat meningkatkan kecemasan.

- Fokus pada memberikan dukungan dan ketenangan.

9. Bantu Identifikasi Faktor Pemicu:

- Jika mungkin, bantu korban mengidentifikasi faktor pemicu atau kejadian yang dapat memicu perilaku histeris.

- Ini dapat membantu dalam manajemen emosional yang lebih baik.

10. Evaluasi Kesejahteraan Mental:

- Setelah korban tenang, pertimbangkan untuk menghubungkan mereka dengan profesional kesehatan mental untuk evaluasi lebih lanjut dan dukungan psikologis.

Catatan Penting:

- Histeria seringkali memerlukan pendekatan yang lembut dan pengertian.

- Jangan mencoba memaksa korban untuk mengontrol perilakunya, berikan dukungan dan bantuan.

- Jika korban mengalami serangan panik atau perilaku yang terus-menerus merugikan diri sendiri atau orang lain, bantuan medis lebih lanjut mungkin diperlukan.

Prosedur Penanganan Korban Tersiram Zat Kimia Berbahaya:

1. Jaga Keamanan Diri:

- Kenakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, kacamata pelindung, dan baju pelindung sesuai dengan jenis zat kimia yang terlibat.

2. Panggil Bantuan Darurat:

- Segera panggil nomor darurat lokal (contoh: 119) dan berikan informasi tentang jenis zat kimia yang terkena korban.

3. Hentikan Kontak dengan Zat Kimia:

- Jika zat kimia masih menempel pada tubuh korban, bantu korban untuk melepaskan pakaian yang terkena zat tersebut.

- Bilas area yang terkena dengan air mengalir selama minimal 15 menit.

4. Jangan Menggunakan Bahan Kimia untuk Membersihkan Kulit:

- Hindari penggunaan bahan kimia tambahan untuk membersihkan kulit korban, kecuali diinstruksikan oleh petugas medis.

5. Jangan Menyeka atau Mengusap Kulit:

- Jangan menyeka atau mengusap kulit korban dengan tangan atau bahan lain, karena hal ini dapat menyebabkan penyebaran zat kimia.

6. Bilas Mata dengan Air Bersih:

- Jika mata terkena zat kimia, bilas mata dengan air bersih selama minimal 15 menit.

- Gunakan saluran mata darurat jika tersedia.

7. Pindahkan Korban ke Tempat yang Aman:

- Pindahkan korban ke tempat yang aman dan hindari kontak lebih lanjut dengan zat kimia.

- Jangan membawa korban ke dalam ruangan tertutup yang dapat memperbesar risiko paparan.

8. Catat Informasi Penting:

- Catat informasi tentang jenis zat kimia, jumlah paparan, dan waktu kejadian. Berikan informasi ini kepada petugas medis.

9. Hindari Kontaminasi Tambahan:

- Hindari kontaminasi lebih lanjut pada area sekitar dan pastikan bahwa tidak ada orang lain yang terkena paparan zat kimia.

10. Bawa Korban ke Fasilitas Kesehatan:

- Bawa korban secepat mungkin ke fasilitas kesehatan untuk penanganan medis lebih lanjut.

- Pastikan untuk membawa informasi tentang zat kimia yang terlibat.

Catatan Penting:

- Jangan mencoba memberikan obat atau minum susu tanpa petunjuk medis.

- Hentikan paparan zat kimia secepat mungkin dan lakukan langkah-langkah bilas mata dan kulit sesuai kebutuhan.

- Penanganan zat kimia yang tepat dapat meminimalkan risiko kerusakan dan membantu proses pemulihan.

Prosedur Penanganan Korban dengan Trauma Kepala:

1. Panggil Bantuan Darurat:

- Segera panggil nomor darurat lokal (contoh: 119) dan berikan informasi tentang kondisi korban dan kemungkinan trauma kepala.

2. Jaga Keamanan Lingkungan:

- Pastikan keamanan lingkungan sekitar korban. Hindari risiko tambahan, seperti lalu lintas atau benda tajam.

3. Jangan Pindahkan Korban Tanpa Alasan Medis:

- Jangan pindahkan korban kecuali dalam situasi darurat seperti kebakaran atau ancaman fisik lainnya.

- Pemindahan yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko cedera tambahan.

4. Stabilkan Kepala dan Leher:

- Jangan biarkan korban menggerakkan kepala dan leher.

- Stabilkan kepala dan leher dengan hati-hati untuk mencegah cedera pada tulang belakang.

5. Evaluasi Pernapasan dan Nadi:

- Periksa pernapasan dan nadi korban. Jika tidak bernapas atau tidak ada denyut nadi, segera lakukan CPR.

6. Hentikan Perdarahan (Jika Ada):

- Hentikan perdarahan pada kepala dengan memberikan tekanan lembut menggunakan kain bersih.

- Hindari menekan langsung pada luka kepala.

7. Hindari Pemberian Cairan dan Obat Tanpa Petunjuk Medis:

- Hindari memberikan cairan atau obat tanpa petunjuk medis.

- Tindakan ini dapat mempengaruhi evaluasi medis lebih lanjut.

8. Pantau Gejala Kondisi Darurat:

- Pantau tanda-tanda kondisi darurat seperti perubahan kesadaran, muntah berulang, atau kejang.

- Catat informasi ini untuk memberikan kepada petugas medis.

9. Evakuasi Korban ke Fasilitas Kesehatan:

- Bawa korban ke fasilitas kesehatan secepat mungkin untuk evaluasi dan perawatan lebih lanjut.

10. Catat Informasi Penting:

- Catat informasi tentang mekanisme cedera, waktu kejadian, dan gejala yang muncul.

- Informasi ini dapat membantu dalam penanganan dan evaluasi medis.

Catatan Penting:

- Trauma kepala seringkali dapat menyebabkan cedera serius yang mungkin tidak terlihat dari luar.

- Penanganan yang cepat dan profesional dapat meminimalkan risiko kerusakan otak dan meningkatkan peluang pemulihan.

Prosedur Penanganan Korban Serangan Alergi Akut:

1. Panggil Bantuan Darurat:

- Segera panggil nomor darurat lokal (contoh: 119) dan berikan informasi tentang kondisi korban dan kemungkinan serangan alergi akut.

2. Pastikan Keamanan Lingkungan:

- Pastikan lingkungan sekitar aman dari potensi alergen yang dapat memperburuk reaksi alergi.

3. Identifikasi Alergen dan Hentikan Paparan:

- Identifikasi alergen yang memicu reaksi alergi dan bantu korban untuk menghentikan paparan jika mungkin.

4. Berikan EpiPen (Jika Tersedia):

- Jika korban memiliki EpiPen atau autoinjector epinephrine, bantu mereka untuk menggunakannya sesuai petunjuk yang ada.

- Pastikan bahwa EpiPen tidak kadaluarsa.

5. Bantu Korban untuk Duduk atau Berbaring:

- Bantu korban untuk duduk atau berbaring dengan kepala sedikit diangkat.

- Ini dapat membantu meningkatkan aliran darah ke otak.

6. Jangan Biarkan Korban Menjadi Sendirian:

- Tetap berada di dekat korban dan berikan dukungan emosional.

- Pantau tanda-tanda vital seperti pernapasan, denyut nadi, dan kesadaran.

7. Pantau Pernapasan dan Denyut Nadi:

- Pantau pernapasan dan denyut nadi korban. Jika tidak bernapas atau tidak ada denyut nadi, segera lakukan CPR.

8. Hindari Memberikan Obat Tanpa Petunjuk Medis:

- Hindari memberikan obat atau minuman kecuali jika diinstruksikan oleh petugas medis.

- Catat obat-obatan atau alergi yang diketahui.

9. Siapkan Korban untuk Evakuasi Medis:

- Jika serangan alergi berlanjut atau memburuk, siapkan korban untuk evakuasi medis secepat mungkin.

10. Berikan Informasi kepada Tim Medis:

- Sediakan informasi tentang jenis alergen, gejala yang muncul, dan tindakan yang sudah diambil kepada tim medis.

Catatan Penting:

- Serangan alergi dapat berkembang dengan sangat cepat, dan tindakan cepat dapat menyelamatkan nyawa.

- Jangan menunggu untuk melihat apakah gejala akan mereda; panggil bantuan darurat segera.

Prosedur Penanganan Korban Keracunan Makanan:

1. Panggil Bantuan Darurat:

- Segera panggil nomor darurat lokal (contoh: 119) dan berikan informasi tentang kondisi korban dan kemungkinan keracunan makanan.

2. Pastikan Keamanan Lingkungan:

- Pastikan keamanan lingkungan sekitar korban dan hindari risiko tambahan.

- Identifikasi sumber makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan.

3. Hentikan Asupan Makanan yang Mungkin Menyebabkan Keracunan:

- Hentikan konsumsi makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan.

- Jangan membuang sisa makanan yang mungkin dibutuhkan untuk identifikasi penyebabnya.

4. Bantu Korban untuk Minum Air Bersih:

- Berikan korban air bersih untuk diminum dalam jumlah kecil. Ini membantu menghindari dehidrasi.

5. Pantau Gejala dan Tanda-tanda:

- Pantau gejala keracunan seperti mual, muntah, diare, sakit perut, dan kelemahan.

- Catat tanda-tanda vital seperti pernapasan, denyut nadi, dan suhu tubuh.

6. Hindari Pemberian Obat Tanpa Petunjuk Medis:

- Hindari memberikan obat tanpa petunjuk medis, kecuali jika diinstruksikan oleh petugas medis.

7. Simpan Sisa Makanan (Jika Memungkinkan):

- Simpan sisa makanan yang mungkin menjadi penyebab keracunan untuk diidentifikasi oleh petugas medis atau otoritas kesehatan.

8. Jangan Biarkan Korban Menjadi Sendirian:

- Tetap berada di dekat korban dan berikan dukungan emosional.

- Pantau perkembangan gejala dan laporkan kepada tim medis saat mereka tiba.

9. Siapkan Informasi untuk Tim Medis:

- Sediakan informasi tentang jenis makanan yang dikonsumsi, waktu munculnya gejala, dan tindakan yang sudah diambil.

10. Evakuasi Korban ke Fasilitas Kesehatan (Jika Diperlukan):

- Jika kondisi korban memburuk atau terdapat tanda-tanda keracunan yang serius, evakuasi korban ke fasilitas kesehatan secepat mungkin.

Catatan Penting:

- Identifikasi penyebab keracunan dapat membantu penanganan medis lebih efektif.

- Jangan menunda untuk mencari bantuan medis, terutama jika gejala keracunan makanan serius atau jika melibatkan kelompok tertentu seperti anak-anak atau lansia.

Prosedur Penanganan Korban Panic Attack:

1. Pastikan Keamanan Lingkungan:

- Pastikan korban berada di lingkungan yang aman dan bebas dari risiko fisik atau emosional tambahan.

2. Jaga Ketenangan dan Bicaralah Dengan Lembut:

- Bicaralah dengan lembut dan tenang kepada korban.

- Berikan dukungan emosional dan pastikan bahwa Anda ada di sana untuk membantu.

3. Ajarkan Teknik Pernapasan Tenang:

- Bantu korban untuk melakukan teknik pernapasan dalam dan lambat. Instruksikan untuk mengambil napas dalam-dalam melalui hidung dan mengeluarkannya perlahan melalui mulut.

4. Pantau Waktu dan Berikan Dukungan:

- Pantau durasi serangan panik dan berikan dukungan selama proses tersebut.

- Pastikan korban merasa didengar dan dimengerti.

5. Ajak Korban Bergerak Secara Perlahan:

- Ajak korban untuk bergerak perlahan agar dapat membantu mengalihkan perhatian dari serangan panik.

- Hindari memaksakan korban untuk bergerak jika mereka tidak merasa nyaman.

6. Hindari Menyalahkan atau Menekan:

- Hindari menyalahkan korban atau memberikan pernyataan yang dapat meningkatkan kecemasan.

- Berikan dukungan tanpa menghakimi.

7. Hindari Pemberian Obat Tanpa Petunjuk Medis:

- Hindari memberikan obat tanpa petunjuk medis, kecuali jika diinstruksikan oleh petugas medis.

8. Jangan Tinggalkan Korban Sendirian:

- Tetap berada di dekat korban hingga serangan panik mereda sepenuhnya.

- Pastikan bahwa mereka merasa aman dan didampingi.

9. Panggil Bantuan Medis Jika Diperlukan:

- Jika serangan panik berlangsung lama atau korban mengalami kesulitan bernapas, pertimbangkan untuk memanggil bantuan medis (contoh: 119).

10. Diskusikan Tindak Lanjut dan Dukungan:

- Diskusikan kemungkinan tindak lanjut seperti mendapatkan bantuan profesional dari psikolog atau terapis.

- Berikan dukungan dan informasi mengenai sumber daya yang tersedia.

Catatan Penting:

- Panic attack umumnya tidak berbahaya secara fisik, tetapi dapat sangat menakutkan bagi korban.

- Jangan mengabaikan serangan panik yang terus berlanjut atau semakin parah; bantuan medis dan dukungan psikologis mungkin diperlukan.

Referensi:

- Centers for Disease Control and Prevention. (2020). “Food Poisoning.”

- American Academy of Allergy, Asthma & Immunology. (2020). “Anaphylaxis.”

- Centers for Disease Control and Prevention. (2021). “Traumatic Brain Injury & Concussion.”

- Agency for Toxic Substances and Disease Registry. (2020). “Medical Management Guidelines for Acute Chemical Exposures.”

- American Stroke Association. (2020). “Stroke Warning Signs and Symptoms.”

- Epilepsy Foundation. (2020). “First Aid for Seizures.”

- World Health Organization. (2018). “WHO recommendations on intrapartum care for a positive childbirth experience.”

- American Psychiatric Association. (2013). “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).”

- World Health Organization. (2010). “Guidelines for the Management of Snakebites.”

- American College of Medical Toxicology. (2019). “Guidelines for Consultation and Medical Treatment of Patients With Ingested Toxins.”

- American Stroke Association. (2020). “Stroke Warning Signs and Symptoms.”

- Epilepsy Foundation. (2020). “First Aid for Seizures.”

- World Health Organization. (2018). “WHO recommendations on intrapartum care for a positive childbirth experience.”

- American Psychiatric Association. (2013). “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).”

- World Health Organization. (2010). “Guidelines for the Management of Snakebites.”

- American College of Medical Toxicology. (2019). “Guidelines for Consultation and Medical Treatment of Patients With Ingested Toxins.”

- International Liaison Committee on Resuscitation. (2020). “International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science with Treatment Recommendations.”

- World Health Organization. (2018). “Medical Management of Radiological Casualties Handbook.”

- American College of Surgeons. (2018). “Advanced Trauma Life Support (ATLS) Student Course Manual.”

- American Heart Association. (2020). “Guidelines for CPR and ECC.”

- World Health Organization. (2018). “Medical Management of Radiological Casualties Handbook.”

--

--

sendy ardiansyah
sendy ardiansyah

No responses yet