Madu sebagai Obat Kesurupan

sendy ardiansyah
6 min readMar 6, 2024

--

Tauhid Nur azhar

Madu … inilah cairan ajaib yang disukai oleh (hampir) semua orang di muka bumi. Betapa tidak disukai, selain rasanya yang manis, teksturnya yang lembut, dan harumnya yang khas, madu pun memiliki khasiat ”selangit”. Boleh jadi, tidak ada bahan makanan di dunia ini yang seistimewa madu. Itulah mengapa, di dalam Al-Qur’an ada satu surat khusus yang dinamai An-Nahl (lebah). Pada salah satu ayatnya terdapat pembahasa tentang madu (QS An-Nahl, 16:69)

Apa itu madu? Madu adalah nektar yang telah diolah oleh lebah dan disimpan di sarangnya. Perubahan struktur yang terjadi pada madu adalah sifat fisisnya yang cenderung lebih padat dari air, yaitu berdensitas 1,36kg/liter atau sekitar 40 persen lebih rapat dan padat dibandingkan air. Kondisi ini didukung pula oleh kandungan airnya yang hanya berkisar sekitar 17,1%. Kadar air yang rendah dan densitass yang padat membuat madu relatif lebih sulit untuk terfermentasi dan terkontaminasi bakteri. Mengapa ? Karena untuk tumbuh, berkembang, dan membentuk koloni bakteri memerlukan medium yang kaya unsur air.

Selain faktor fisis yang istimewa, madu juga memiliki kandungan yang tak kalah istimewanya. Menurut hasil penelitian dan pengukuran yang dilakukan oleh USDA dan dilaporkan dalam Nutrient Database, diketahui bahwa nilai nutrisi atau kandungan nutrisional madu per 100 gram atau sekitar 5 sendok teh antara lain terdiri dari kandungan energi total sebesar 300 kilo kalori atau setara dengan 1270 kilo joule. Sementara kandungan karbohidrat atau zat patinya sekitar 82,4 gram. Sedangkan kandungan gula mencapai 82,19 gram,yang terdiri dari fruktosa sebanyak 38,5%, glukosa 31%, dan sisianya terdiri dari maltosa dan sukrosa, dalam indeks glikemik berarti kisaran angkanya adalah antara 31 sampai dengan 78. Kandungan serat diet atau mikro fiber sekitar 0,2 gram, dan kadar lemak mendekati 0 alias hampir tidak ada. Protein 0,3 gram yang terdiri dari beberapa jenis asam amino.

Kandungan penting lainnya dalam madu yang memiliki efek atau dampak terapeutik (menyembuhkan atau menyehatkan) adalah keluarga vitamin B. Berturut-turut terdapat di dalam madu adalah; riboflavin (vitamin B2) sebanyak 0,38 mg, Niacin (vitamin B3) 0,121 mg , asam pantotenat 0,068 mg, vitamin B6 0,024 mg, dan Asam Folat (vitamin B9) 2_g. Kandungan keluarga vitamin B yang beragam dan memiliki kadar yang cukup tinggi amat berpengaruh kepada kemampuan madu sebagai zat penyembuh.

Kandungan lainnya dari madu yang tidak kalah pentingnya adalah mineral. Dalam 100 gram madu terdapat sekurangnya 6 mg 1% ion kalsium, besi/Fe 0,42 mg 3%, magnesium 2 mg 1%, zat fosfor 4 mg 1%, kalium 52 mg 1%, natrium 4 mg 0%, dan Zinc 0,22 mg 2%. Fungsi mineral yang amat beragam di dalam tubuh manusia sangatlah vital. Adanya ketidakseimbangan kandungan mineral tubuh akan mendorong terjadinya kondisi patologis. Kesehatan kita akan terganggu. Kandungan mineral yang terdapat di dalam madu tentulah merupakan salah satu alternatif yang baim dalam hal pemenuhan kebutuhan mineral tubuh.

Selain karbohidrat, protein, ataupun mineral dan vitamin, ternyata madu juga mengandung zat aktif yang tak kalah hebatnya, yaitu anti oksidan. Beberapa zat bersifat anti oksidatif teridentifikasi di dalam madu. Zat-zat anti oksidan tersebut antara lain adalah krisin, pinobangsin, asam askorbat (reduktor kuat), pinocembrin, dan enzim katalase.

Madu sebagai Anti Kesurupan

Dengan komposisinya yang ”dahsyat” ini, sangat pantas apabila madu mampu berperan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan manusia. Salah satu manfaat madu yang jarang diungkap adalah peranannya dalam ”menormalkan pikiran manusia”. Apa maksudnya?

Kita sudah terbiasa mendengar kasus ”kesurupan”. Kita sering mendengar atau bahkan sebagian mengalami fenomena ”penampakan”. Dalam konteks kesurupan, penampakan, maupun sihir (termasuk santet, teluh atau tenung) keluarga jinlah yang kerap menjadi tersangka utama. Terlepas dari kenyataan bahwa memang sebagian dari kalangan jin itu iseng bin usil, dan juga memang ada bukti-bukti empirik bahwa mereka terlibat di sebagian kasus kesurupan, kita harus secara bijak dan proporsional juga mencermati kasus-kasus kesurupan, santet, ataupun penampakan yang terjadi di masyarakat.

Apabila di sebuah daerah atau tempat tertentu terjadi peristiwa-peristiwa supra natural yang diduga terkait dengan dunia ghaib, hipotesis yang akan segera berkembang adalah adanya ”penunggu” tempat keramat yang tidak berkenan dengan aktivitas manusia yang berada di sekitarnya. Apabila para ahli psikiatri terlibat di dalamnya, diagnosis yang senantiasa dimunculkan adalah histeria.

Namun, marilah kita cermati dengan kepala dingin dan pikiran yang jernih. Allah Ta’ala dalam QS An-Nâs telah berfirman bahwa sesungguhnya ”bisikan-bisikan” yang berkonotasi menyesatkan itu muncul dari dalam rongga dada baik dari golongan jin maupun manusia. Kemungkinan interaksi antara manusia dan jin tidaklah sebesar kemungkinan seorang manusia berinteraksi dengan pikirannya sendiri.

Teori histeria yang dikembangkan oleh para psikiater dan juga psikolog memang dapat diterima, dengan catatan ada faktor etiologi (penyebab) yang dapat diidentifikasi berlaku bagi semua orang yang mengalami kasus tersebut. Pada kasus-kasus kesurupan massal itu biasanya ada variabel geografis yang sama (tempat atau lokasi sama), sehingga memang memungkinkan munculnya prasangka dan praduga adanya faktor ”gegedug” atau ”preman” setempat. Lalu variabel lain yang teridentifikasi adalah kesamaan biologis, biasanya gender (jenis kelamin), umur, dan aktivitas. Dengan demikian, kita bisa melihat adanya berbagai varian hipotesa yang dapat dikembangkan.

Kesamaan biologis dapat dihubungkan dengan adanya siklus haid yang sama, faktor nutrisi yang sama, tekanan psikologis yang sama, dan paparan lingkungan yang sama. Ternyata apabila kita simak dan telaah lebih mendalam, keterkaitan antara siklus biopsikologis dengan kondisi mental seseorang sangatlah erat hubungannya. Sekelompok wanita yang sedang haid atau menjelang haid (menstruasi), mengkonsumsi jatah katering yang minim vitamin B3 (niacin), trace element magnesium, asin dan berarti tinggi kandungan ion kloridanya, serta tidak memiliki sumber asam amino triptofan, memiliki masalah penghasilan yang pas-pasan dan tertekan di bawah seorang pimpinan yang berkarakter tangan besi, tiba-tiba 20 atau 30 orang di antara mereka kesurupan. Mereka meracau, menjerit, dan berteriak-teriak histeris. Kompak, karena adanya aspek feromonik yang memungkin sekelompok orang terhubung secara psikis melalui aktivitas sebuah jalur persarafan yang disebut sebagai nervus terminus atau saraf ke-0.

Apa yang bisa menyembuhkan mereka di saat-saat seperti itu? Banyak ”orang pintar” dipanggil dan unjuk gigi, akan tetapi kesurupan jalan terus, sadar sesaat dan kesurupan lagi, begitu berulang-ulang, sampai akhirnya orang pintarnya menyerah. Dalam kondisi demikian, obat paling mujarab adalah madu! Mengapa madu? Madu sejatinya memiliki kandungan niacin, magnesium, dan prekursor asam amino triptofan.

Niacin adalah faktor penting dalam hubungan sinaptik dan proses distribusi peran sel-sel saraf di otak, terutama di daerah-daerah asosiatif. Kekurangan atau defisiensi niacin akan menyebabkan kondisi delusional (tidak menyadari kenyataan dan mengembangkan persepsi tersendiri), magnesium akan berikatan dan bersenyawa dengan ion klorida serta membentuk garam magnesium klorida, magnesium juga merupakan unsur penting dalam proses pembentukan energi di mitokondria. Unsur magnesium di alam dikenal sebagai salah satu prasyarat terjadinya proses fotosintesa yang dijalankan oleh klorofil (hijau daun) untuk menghasilkan gula/glukosa (C6H12O6) dan oksigen yang sangat kita butuhkan. Dengan asupan magnesium dari madu, Insya Allah kita akan mendapatkan efek positif berupa aktivitas pembentukan energi fosfat di mitokondria yang berjalan dengan lancar.

Mengapa ion klorida dapat pula menyebabkan seseorang terhalusinasi, delusional, dan emosional? Ion klorida adalah inhibitor atau penghambat alami dari neurotransmiter yang bernama Gamma Amino Butiric Acid (GABA) dan asam amino lysin. Apa peran GABA sehingga dapat menimbulkan kondisi menyerupai kesurupan ataupun histeria? GABA tergolong ke dalam hormon otak yang bersifat inhibitorik alias meredam reaksi-reaksi dan respon neurologis yang tidak menguntungkan. Kadar GABA yang rendah akan menghasilkan kecemasan yang berkepanjangan, ketakutan yang tidak rasional, dan terlepasnya beberapa hormon otak lainnya tanpa kendali.

Apabila kadar GABA rendah, pada bagian nukleus paraventrikularis yang terdapat di kelenjar hipotalamus otak manusia, terjadi peningkatan produksi CRH atau kortikotropin releasing hormone. Hormon CRH ini kemudian akan merangsang anak ginjal untuk menghasilkan kortisol. Kortisol adalah hormon yang menghadirkan kekecewaan, ketertekanan, dan kesedihan. Maka, masalah yang semula kecil, tidak serius, dan juga dapat diselesaikan dengan cara yang mudah, akhirnya berubah menjadi masalah yang sangat pelik, menekan, dan menghadirkan ketakutan yang berlebihan.

Ion kecil yang bernama klorida sungguh sangat istimewa, selain penting dalam proses pertukaran gas karbondioksida di sel darah merah ia juga turut menentukan isi kepala dan pikiran manusia. Maka minum madu yang kaya akan unsur magnesium dan juga kalium akan sangat membantu kita untuk mengendalikan kadar ion klorida yang beredar di dalam darah. Tidak hanya itu saja, madu juga sekaligus dapat menjadi sumber asam-asam amino tertentu yang terlibat dan diperlukan dalam proses pembentukan 5-HIAA atau unsur yang dikenal sebagai serotonin. Kehadiran serotonin dalam jumlah yang memadai di otak kita (tidak berlebih dan juga tidak dalam jumlah yang kurang), akan menghasilkan ketenangan dan kedamaian.

Melihat berbagai fakta tersebut, maka jangan heran apabila kita ingin mengecap kebahagiaan baik dunia maupun akhirat, hal pertama yang harus kita tata dan kita kelola adalah pikiran dan hawa nafsu. ”Yâ ayatuhannafsul muthmainnah … ” (QS Al-Fajr, 89:27). Dengan kondisi pikiran dan nafsu yang muthmainnah (tenang tenteram), surga dunia dan akhirat akan tersedia. Apa ikhtiar yang perlu kita lakukan? Tentu saja beribadah dengan khusyuk, menerapkan setiap aspek ibadah dalam kehidupan, dan rajin mengonsumsi madu sebagai salah satu faktor penunjang di dapatkannya jiwa yang tenang.

--

--

sendy ardiansyah
sendy ardiansyah

No responses yet