Hati-Hati Lho, Wanita Rawan Selingkuh!
Tauhid Nur Azhar
Seorang ibu mengalami depresi berat sampai harus masuk rumah sakit. Sebelumnya, dalam benak ibu ini sempat terlintas keinginan untuk mengakhiri hidupnya alias bunuh diri. Apa gerangan yang terjadi? Ternyata, suami yang sangat disayanginya berselingkuh dengan teman kerjanya. Sebelum itu, tidak pernah terbayangkan kalau sang suami, yang menurutnya taat beribadah, perhatian, dan sangat baik kepada keluarga itu berani berbuat mesum dengan wanita yang bukan istrinya. Ibu ini benar-benar terguncang. Harmonisasi keluarga yang selama ini mereka bangun hancur begitu saja karena hadirnya orang ketiga.
Sebenarnya, ibu ini hanyalah “satu” dari “sekian” banyak wanita korban selingkuh. Ada banyak wanita lain yang bernasib sama. Hati mereka hancur, rumah tangganya berantakan, kebahagiaan dalam pernikahan pun menjadi barang yang seakan mustahil lagi untuk dimiliki. Sebenarnya sih, bukan hanya kaum ibu saja yang menderita akibat perselingkuhan, tetapi juga kaum bapak, khususnya bapak-bapak yang istrinya berselingkuh dengan laki-laki lain.
Walau menyengsarakan, namun tren selingkuh di masyarakat cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Beberapa tahun ke belakang, seksolog terkenal, Dr. Boyke Dian Nugraha, pernah melakukan penelitian kecil-kecilan terhadap pasien-pasien yang menyambangi kliniknya. Ternyata, hasil yang didapat sangat mengejutkan, sekitar 40 persen pasien wanitanya (yang telah menikah tentunya) mengaku pernah berselingkuh. Artinya, 2 dari 5 wanita pernah selingkuh. Walau tidak dianggap sangat akurat, setidaknya hasil penelitian ini memberi gambaran betapa tingginya petensi perselingkuhan di masyarakat, khususnya di kota-kota besar.
Bagaimana dengan kaum bapak? Dr. Sukiat, seorang ahli psikologi klinis, mengumumkan hasil penelitian yang lebih fantastis. Hasil penelitian yang dirilis sebuah majalah ibukota itu menyatakan bahwa 2 dari 3 laki-laki selingkuh. Bahkan, seorang peneliti mengungkapkan data yang lebih fantastis lagi bahwa 4 dari 5 lelaki di Jakarta pernah selingkuh.
Seorang konsultan keluarga asal Bandung, pernah mengungkapkan pula bahwa dalam dua bulan terakhir, kliniknya menerima 43 orang klien. Masalah yang dikonsultasikan bervariasi, tiga orang konsultasi masalah non pernikahan, sedangkan sisanya berkaitan dengan masalah pernikahan. Dari 40 orang, hanya dua orang saja yang bukan selingkuh. Jadi, 38 orang atau hampir 90 persen pasien yang datang, mengeluhkan soal perselingkuhan!
Ia pun menemukan dua fakta yang menarik. Pertama, pelaku selingkuh bukan hanya orang-orang yang tidak mengerti agama. Orang yang mengerti agama pun bisa terjebak berselingkuh. Kedua, pelaku selingkuh bukan hanya laki-laki, tetapi juga wanita. Ini menarik. Biasanya wanita memiliki komitmen, kesetiaan dan rasa iba lebih mantap, serta memiliki pertimbangan emosi yang lebih kuat.
Poin kedua ini menarik untuk dibahas lebih dalam. Mengapa wanita yang biasanya memiliki komitmen dan pertimbangan emosi yang lebih kuat daripada laki-laki bisa terjebak dalam arus perselingkuhan?
Awalnya Iseng-Iseng
Ada yang mengatakan bahwa laki-laki itu “berpikir” dengan pikirannya, sedangkan perempuan itu “berpikir” dengan perasaannya. Dengan kata lain, apa yang dipikirkan dan dirasakan wanita seringkali berbeda dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan laki-laki, walaupun objek yang dipikirkannya sama. Nah, perbedaan cara berpikir ini erat kaitannya dengan perbedaan biologis. Para ahli menemukan bahwa ada “sedikit” perbedaan antara laki-laki dan wanita dalam struktur otak dan pengaruh hormonal.
Bagi seorang wanita, detail dan sistematika yang runtut adalah kecenderungan otaknya. Oleh karena itu, biasanya, wanita lebih perhatian terhadap masalah-masalah yang kecil, detail, dan penuh keindahan. Busana wanita yang menampilkan keindahan dan estetika adalah contoh kongkret dari kompleksitas kinerja otak manusia (khususnya otak wanita). Pada satu sisi aspek analitik bekerja, dan pada banyak sisi lainnya secara bersamaan kelembutan, kepedulian terhadap sesama, rasa cinta yang dipicu oleh oksitosin, vasopresin, dan feniletilamin, dan keterampilan psikomotorik yang tinggi dijalankan oleh berbagai bagian otak di kedua belahan hemisferium dan batang otak.
Adanya reseptor-reseptor khusus terhadap hormon ”cinta” inilah yang mendasari mengapa pola orgasme seorang wanita sangat berbeda dengan pria. Jika digambarkan dalam bentuk grafik, maka akan terlihat pola orgasme seorang wanita berada dalam status plateu atau menyerupai dataran, alias panjang dan lama! Mengapa? Karena pada saat orgasme tercapai maka hormon oksitosin akan diproduksi dalam jumlah besar, semakin panjang durasi orgasme akan semakin banyak pula oksitosin yang diproduksi. Rasa hangat, kelembutan, dan keinginan untuk saling mengasihi, mengayomi, dan melindungi akan menjadi produk mental yang dihasilkan otak pasca orgasme. Dalam konteks positif sifat ini akan termanifestasi dalam bentuk loyalitas seorang wanita kepada pekerjaan, keluarga, dan nilai-nilai yang diyakininya.
Akan tetapi, di sinilah berita buruknya bagi wanita yang terlibat dalam perselingkuhan. Awalnya mungkin iseng-iseng, sekadar mencari teman curhat atau teman makan saat istirahat kantor, dan tidak menghendaki hubungan jangka panjang. Akan tetapi, ia kemudian terjebak ke dalam situasi tidak bisa ”melepaskan” kekasih gelapnya. Apalagi, ketika proses selingkuhnya itu sudah mencapai tahap berhubungan badan. Ia akan ketagihan dan akan sulit untuk lepas dari kekasih gelapnya itu.
Hal ini sama seperti sulitnya seorang wanita untuk tidak menyukai cokelat. Cokelat mengandung feniletilamin dalam jumlah banyak, banyaknya reseptor oksitosin dan feniletilamin di dalam otak seorang wanita membuatnya ”membutuhkan” banyak cokelat untuk menghadirkan sensasi kelembutan dan rasa mengasihi.
Maka, berhati-hatilah kaum wanita, jika sudah terjebak perselingkuhan, Anda akan sulit untuk keluar dari jerat-jeratnya yang membinasakan.